Tuesday, April 19, 2011

Replay Button





Di pagi yang super luarbiasa ajaib ini, setelah shalat subuh tanpa sengaja ku tekan sebuah tombol yang memicu terbukanya sebuah folder di memori otakku. Kurasa tombol yang ku tekan itu adalah shortcut menuju folder tersebut. Lalu bermunculanlah satu per satu tayangan dari  memori-memori itu. Memori yang dulu pernah ingin sekali kurekam dengan sebuah handycam, atau hanya sekedar merekam suara-suara yang menjadi saksi peristiwa-peristiwa itu terjadi. Namun tidak pernah kulakukan saat itu, karena aku memang tidak memiliki alat perekamnya. Sekarang, tiba-tiba tayangan itu muncul begitu saja tanpa kusadari, haha, it’s so amazing moment, kejadian ini tak pernah kubayangkan sebelumnya. Kunikmati tayangan ini dengan penuh antusiasme seakan tayangan ini hanya bisa kutonton sekali ini saja. Aku tersenyum, tertawa, kadang terharu menonton layar semu ini. Diam-diam ku perhatikan folder yang kubuka tadi masih tampil di desktop. Aku lupa memperhatikan nama folder tersebut. Lalu kuexplore folder yang sudah terbuka itu untuk mencari file-file lainnya yang ingin ku tonton. Ada banyak sekali file dengan nama-nama yang sangat kukenali. Semua file sudah kupilih, lalu kubuka di windowmediaplayer yang entah kapan sudah terinstal dengan sendirinya di otakku ini. Kulanjutkan menonton di layar semu itu, dan bermunculanlah vidio kejadian-kejadian yang pernah ku alami dahulu. Ada banyak vidio kejadian lucu maupun vidio-vidio garing, namun tetap membuatku tertawa atau sekedar menyunggingkan senyuman nyentrikku saat menonton. Kemudian satu persatu bermunculan pula vidio saat-saat bersama semua sahabat serta teman sejawat. Tayangannya tidak berurutan berdasarkan waktu kejadian, semuanya bermunculan begitu saja sakalamak hatinya. Terlihat jelas momen-momen indah saat di madrasah, SD, SMA dan TK berputar dan bermunculan kembali. Masa-masa ketika terlambat masuk sekolah, dihukum membersihkan WC, didenda karna sering telat – waktu kelas 1, trus uang denda dijadiin kas kelas dan dibagiin sama rata saat kenaikan kelas–, belajar pidato, ditendang bola ama teman – trus nangis, saat aku ga mau diinunisasi lagi, mengarungi Bukittinggi lewat jalan pintas dari Gulai Bancah, dikejar anjing, saat pertama
kali muncul jerawat di kening – trus mengikuti saran teman pake air daun bayam, ternyata malah tambah banyak :’D –, ketika tidak sadar cabut dari kelas waktu TK dan SD, bermain bola karah di lapangan bawah kantor wali kota, saat pulang atau keluar asrama, dicengcengin teman, melihat orang berkelahi, melihat orang pacaran di tepi danau, saat diatas bus harmonis, saat pertama kali bertemu seseorang, foto bareng, bermain truth or dare, lompat pagar, malam-malam ke dapur, olah raga pagi, test kesamaptaan, masuk kebun binatang lewat belakang, becanda dan dibecandain teman, dihukum pembina, baju kotak-kotak, push up kepal, bertemu senior, surat-suratan,bermain tenis, bermain bulutangkis, dapat kenalan di facebook, –tayangan-tayangan ini menyadarkanku betapa tidakbisanya aku hidup tanpa sahabat – dan masih banyak lagi tayangan-tayangan yang ingin aku ceritakan. Namun  momen-momen indah yang ku tonton ini menjadi semakin liar memenuhi layar semu itu. Aku tak bisa lagi menikmati tontonan ini senikmat awal vidio ini diputar, bahkan sedikit senyum pun tak dapat ku ekspresikan lagi. Kecepatan atau speedstorynya sudah lebih dari 32x Sehingga lidahku pun kelu untuk mengucapkan sesuatu karena tiba-tiba layar yang kutonton berubah menjadi layar putih. Putihnya menjadi semakin terang hingga menjadi sangat terang sekali dan menyilaukan mata. Aku mulai panik. Sempat terfikir untuk mencari tombol shutdown dan mengakhiri semua ini sesegera mungkin. Namun aku berhenti untuk sejenak berfikir, jika aku melakukan itu file-file tersebut akan hilang sebelum sempat ku copy-paste kedalam flashdiskku, tapi jika tidak kulakukan layar yang menyilaukan ini akan membutakan mataku. Semakin lama berfikir aku menjadi semakin panik, lalu kuputuskan saja untuk menedangkan kaki ke tombol shutdown yang entah dimana letaknya. Namun sebelum kakiku melandaskan tubuhnya tombol shutdown kurasakan jantungku seakan mau melompat keluar, aku terhenyak, ketika layar semu tadi meledak dan pecahannya mengenai tubuhku tepat di jantung, seperti pecahan piring yang terlempar saat penarinya membenturkan kedua piring tersebut atau mungkin lebih mirip dengan lemparan senjata ninja yang datang tiba-tiba. Saat itulah aku merasa waktuku sudah habis, dan tak mungkin lagi kutemukan replay button untuk mengulangi semua ini, atau lebih baik ku tekan saja tombol undo  agar semua ini seolah tak pernahh tejadi – tapi aku takut ada yang menyimpan tombol redo dan membatalkan undo yang kulakukan – . Tubuhku terlempar jauh akibat pecahan layar semu tadi, namun masih bisa kurasakan detak jantung dengan sisipan layar berusaha mengalirkan darah keseluruh tubuhku. Semakin jauh tubuh ini terlempar dan aku merasa seperti melayang hingga akhirnya gaya gravitasi menarikku dengan cepat ke bawah, aku berteriak, dan akhirnya aku mendarat dengan hempasan yang cukup empuk di atas kasurku sendiri, kamar 5, pondok dewa. “Astaghfirullah, aku tertidur lagi setelah shalat subuh”, desahku. Langsung kubangkit dari tempat tidur dan kulihat komputer masih menyala, aku lupa mematikannya dari semalam. Kuklik tombol start lalu ku pilih shutdown sambil berbisik, “Jangan meledak ya kokomp sayang!”. Sambil tersenyum kuambil handuk yang menggantung dibelakang pintu dan  langsung menuju kamar mandi. Ada kuliah MPG jam 10 pagi. Aku tidak berfikir lagi untuk mencari replay button karena aku yakin saat-saat itu sudah terekam secara auto dan disimpan di memori otakku yang entah apa nama foldernya. Namun aku masih berharap suatu saat nanti aku melakukan ketidaksengajaan itu lagi, tidak sengaja menekan replay button, agar aku bisa menikmati rekaman kehidupan yang lebih indah lagi.

No comments:

Post a Comment